Muhammad Rosulullah adalah Nabi Terakhir, Rosulullah
terakhir yang menyempurnakan Diin al Islam yang sebelumnya telah menjadi Konsep dan Sistem Kehidupan bagi
golongan al Haq, satu golongan yang komitmen diatas jalan Tauhid, jalan
kebenaran yang telah Allah Robb Alam Semesta tetapkan bagi para hambaNya.
Muhammad Rosulullah melakukan perjalanan perjuangan dari
mulai titik nadhir, hingga mewujud pada suatu peradaban baru yang menjadi tolak
ukur kesempurnaan pola hidup manusia yang beradab. Melaluinya dengan segala
kendala dan hambatan, bukan tanpa konsekwensi logis yang menyertainya, meski
Beliau seorang “Kekasih Allah”. 13 tahun dilaluinya di tempat kelahirannya
Mekah, dimana Bangsa yang pertama menerima RIsalah adalah satu trah dan keturunan
dengan dirinya, hingga akhirnya menemukan tempat lain yang lebih memenuhi
standarisasi bagaimana Peradaban itu seharusnya dibangun dengan tatanan yang
terstruktur, sistematis, dan Modern (menjadi solusi baru terhadap seluruh
permasalahan).
Perubahan pola perjuangan dari Mekah ke Madinah merupakan
keniscayaan dalam penyermpurnaan Ideologi Gerakan dalam rangka Manifestasi Diin
yang memerlukan material-material yang lebih komplek, yang tidak mungkin
didapatkan di Mekah yang menggunakan system social politik yang tidak singkron
dengan Risalah yang dibawa oleh Rosulullah Muhammad, tatanan yang sudah mapan
dan sulit dipenetrasi oleh Rosulullah karena kuatnya pengaruh Ideologi yang
didasari Millah Jahiliyah (Ideologi yang diyakini turun temurun) sehingga Rosulullah
membutuhkan komunitas diluar keluarganya (Quraish), satu komunitas yang
menerima kepemimpinannya, komunitas yang siap dipimpin dan diarahkan menuju
tujuan yang mulia (realisasi Diin hingga Kaffah), komunitas yang mendukungnya
dan membelanya secara menyeluruh (dukungan social, politik, financial, militer)
yang tidak didapatkannya di Mekah. Rosulullah akhirnya menemukannya di Yastrib,
ini setelah melalui proses panjang perekrutan link (jaringan) dan
pengembangannya hingga mengakses Pemimpin-pemimpin di Yastrib (Aus dan Khazraj)
bahkan melalui pemimpin-pemimpin yang dibina langsung oleh Kader Utama
Rosulullah (Mush’ab bin Umair) itulah kekuatan lainnya (Musyrikin dan Yahudi di
Yastrib) menjadi partner politik utama dalam pendirian system politik dalam
bentuk Negara modern yang disebut Madinah.
Keberhasilan Rosulullah dalam mendirikan Negara Madinah
bukan tanpa konsekwensi yang menyertainya, satu konsekwensi yang dibangun
diatas Komitmen yang Kuat, Komitmen yang merubah kehidupan bagi yang
megenggamnya, satu Komitmen yang harus dilalui tanpa terkecuali bagi yang
memegang teguh manhaj RosulNya. Komitmen tersebut adalah Hijrah.
Hijrah adalah Komitmen, komitmen untuk tetap konsisten
diatas jalan Tauhid. Sebagian kaum muslimin tidak mampu menghadapi konsekwensi
dari komitmen yang mereka pegang sebelumnya setelah ada perintah Hijrah.
Sebagian menolak hijrah, sebagian lain kembali ke Mekah setelah Hijrah. Dan para
Muhajirin (Orang yang komitmen dalam Hijrah) yang konsistenlah kemudian mampu
menyempurnakan keimanannya dalam Jihad Fii Sabilillah. Mempertahankan Sistem
yang sudah terbangun diatas foundasi Tauhid, al Madinatul Munawarah.
Angkatan Perang Negara Islam Indonesia adalah para Muhajirin
yang telah komitmen memperjuangkan system Madinah yang terealisasi dalam Negara
Islam Indonesia. Allah akan menguji setiap personal APNII untuk memegang teguh
komitmen mereka sebagai Muhajirin. Ujian tertinggi bagi para Muhajirin tidak
lain adalah menjalankan Revolusi Islam di Indonesia, diatas Jalan Jihad Fii
Sabilillah. Seorang Muhajirin yang tidak melaksanakan Jihad bagaikan jasad
tanpa ruh, tidak akan menjadi satu jati diri seorang Hamba Allah yang sempurna.
Pengabdian premature yang bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga akan
menjadi kendala bagi para Muhajirin lainnya. Mereka akan menjadi kaum lemah dan
melemahkan APNII. Sedangkan APNII haruslah dibangun melalui sendi-sendi
komitmen personal dan interpersonal yang kuat dan kokoh, dibangun dalam ikatan
yang mampu merapatkan seluruh lini barisan Revolusioner. Mereka adalah para
Muhajirin-muhajirin yang komitmen dalam jalan Jihad, jalan Revolusi. Yang akan
menghantarkan Revolusi Total, Revolusi menuju tegaknya Syari’at Islam, yaitu
mengembalikan kedaulatan Negara Islam Indonesia.
Janganlah terpikirkan bagi warga Negara Islam Indonesia
sebagai kaum Muhajirin untuk tidak turut serta didalam personal Angkatan Perang
Negara Islam Indonesia, konsekwensi logis dalam jalan Revolusi adalah untuk
melanjutkan estapeta perjuangan Negara yang sudah lebih dahulu ditanamkan oleh
para pendahulu kita. Konsekwensi logis untuk meleburkan diri didalam Revolusi
Total. Hal ini adalah satu komitmen dari jual beli yang telah dinyatakan ketika
para warga melaksanakan syari’at Hijrah. Jika seandainya ada personal APNII
atau Warga Negara Islam Indonesia yang mundur kebelakang, atau menanggalkan bai’atnya,
maka mereka telah menyalahi perjanjian Jual Belinya dengan Allah. Seandainya ada
warga yang menolak untuk melaksanakan Jihad Fii Sabilillah, maka mereka
talahmenyalahi perjanjian Jual Belinya dengan Allah. Mereka adalah
selemah-lemahnya kaum Mu’minin. Mereka adalah pesakitan mental yang memang
harus mendapatkan kembali pencerahan dari Qur’an dan Sunnah Rosulullah, harus
mendapatkan kembali pencerahan dari Konstitusi Negara Islam Indonesia.
Komitmen didalam jalan Hijrah adalah komitmen menjalankan
Syari’at Islam, menjalankan Konstitusi Negara Islam Indonesia, memperjuangkan
kedaulatannya. Tidak semata-mata Allah akan memberikan JanjiNya bagi yang
menuntaskan Jual Belinya, kecuali didalam merealisasikan komitmen ini akan
disertai berbagai kendala dan cobaan, disertai berbagai fitnah yang menghujam,
disertai kesempitan dan ketakutan. Tapi Allah akan selalu menyertai para
Muhajirin yang istiqomah dijalanNya. Allah akan membimbing Kita kepada
Mardhotillah, mereka yang iklas dalam memperjuangkan DiinNya. Maka, janganlah
pernah takut dan kecil hati wahai Mujahidin Angkatan Perang Negara Islam
Indonesia. Kita adalah kaum yang ridho kepadaNya dan diridhoiNya, Kita adalah
HambaNya yang Komitmen didalam Hijrah. Komitmen untuk melaksanakan Revolusi
Islam demi tegaknya keadilan Allah dimuka Bumi Indonesia. Maka peganglah selalu
Janji Setia itu, Janji Kita setia kepada Allah untuk memperjuangkan Negara Islam
Indonesia li ‘I la ‘I Kalimatillah. Dan Siapakah yang peling menepati janji?
(Selain Allah) maka berbesar hatilah bagi yang memenuhi janjinya…..
Madinah Indonesia, 1 Muharam
1435
Tidak ada komentar:
Posting Komentar